Pasca gempa dan tsunami, listrik di Jepang mati akibat kerusakan di pembangkit listrik tenaga nuklir . Saat ini sejumlah pekerja diturunkan untuk mengembalikan pasokan listrik.
Para insinyur Jepang memfokuskan usaha mereka untuk memulihkan pasokan listrik ke PLTN yang rusak akibat gempa agar bisa mengaktifkan sistem pendingin. Gempa besar dan tsunami pada 11 Maret 2011 membuat ledakan pada power supply dan generator back-up (genset) di PLTN Fukushima.
Kurangnya daya listrik mengakibatkan temperatur dalam reaktor melonjak dan batang bahan bakar yang berfungsi sebagai pendingin air menguap, memancarkan gas hidrogen dan bahan radioaktif yang memicu kebocoran dan lelehan.
Operator Pasokan Tenaga Listrik Tokyo mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan untuk memulihkan jaringan listrik yang menghubungkan ke sistem transmisi. "Saat ini, kami berkonsentrasi pada upaya pekerjaan ini," kata juru bicara Naohiro Omura seperti dikutip dari AFP, Kamis (17/3/2011).
"Jika pekerjaan restorasi selesai, kita akan dapat mengaktifkan berbagai pompa listrik dan menuangkan air ke dalam reaktor dan tabung untuk membuat bahan bakar nuklir bekas," jelasnya.
Para kru Jepang terus bergulat untuk menyelesaikan tugasnya dengan ancaman seperti kecelakaan nuklir Chernobyl pada tahun 1986. Sebelumnya mereka berpendapat, ledakan terbaru dikhawatirkan berdampak pada kerusakan wadah yang yang merupakan salah satu dari enam pembangkit reaktor inti.
Sebelumnya, uap putih keluar dari reaktor unit 3 PLTN Fukushima Daiichi pada Rabu (16/3/2011). Uap itu diduga karena kolam bahan bakar yang panas sehingga memproduksi uap. Militer Jepang pun siap menyiramkan air dengan helikopter
Jepang dalam keadaan darurat nuklir. Amerika Serikat akan memonitor langsung tingkat radiasi di Jepang dengan menggunakan peralatan dan pakar-pakarnya sendiri.
Duta Besar (Dubes) AS untuk Jepang John Roos mengatakan, 34 pakar telah tiba di negeri itu dengan membawa peralatan monitoring darat dan udara.
Para pakar itu akan bergabung dengan tujuh pakar dari Komisi Regulator Nuklir AS, dua teknisi dan pakar-pakar bahaya kesehatan dari Departemen Energi AS yang telah berada di Jepang menyusul bencana gempa bumi dan tsunami pekan lalu.
"Kami mengerahkan semua kemampuan karena ada krisis yang tengah berlangsung dan penting untuk memberikan sebanyak mungkin bantuan kepada Jepang, dan apalagi ada warga negara kita di Jepang ini," ujar Roos seperti dilansir AFP, Kamis (17/3/2011).
Roos membantah langkah tersebut diambil karena kurangnya kepercayaan akan kemampuan Jepang menyangkut radiasi nuklir ini.
"Kesehatan dan keselamatan warga negara AS di Jepang tentunya menjadi perhatian terbesar kami, jadi yang penting, bukan soal kurangnya kepercayaan akan data yang diberikan, namun fakta bahwa kita punya kemampuan besar yang kita kerahkan di sini di Jepang," tegas Roos.
sumber : http://gbrzone.blogspot.com/2011/03/jepang-berusaha-menghidupkan-kembali.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar