Denpasar - Hama ulat bulu merebak di berbagai daerah. Ulah masyarakat yang kerap mengambil telur semut rangrang atau semut merah besar sebagai pakan burung, diduga ikut menjadi pemicu. Padahal, semut rangrang adalah musuh alami yang efektif menekan jumlah ulat bulu.
Analisa itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali Made Putra Suryawan kepada wartawan di kantor Balai Proteksi Tanaman Pangan VII Denpasar, Jl Pandjaitan, Denpasar, Rabu (13/4/2011).
"Telur semut merah atau semut rangrang diambil untuk makanan burung, sehingga tidak ada pemangsa ulat bulu," kata Suryawan.
Semut rangrang sangat efektif memangsa ulat bulu sebagai makanannya. "Satu ulat bulu habis dimakan 3 ekor semut merah, atau mati karena cairannya habis," kata Suryawan.
Selain itu, populasi burung pemakan ulat berkurang. Penyebab lainnya, akibat anomali iklim dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan ulat bulu berkembang lebih kondusif.
Populasi ulat bulu kian bertambah banyak karena musim hujan yang berkepanjangan. Seluruh tanaman berkembang dengan dedaunan yang melimpah, sehingga populasi ulat bulu juga berkembang pesat.
"Ulat bulu keluar dari sarangnya mencari daun yang paling enak. Hinggap di mangga, ulat bulu memakan daun benalu. Jika daun benalu dimakan, ulat bulu bermigrasi lagi mencari cari daun yang lain," kata Suryawan.
Ulat bulu di Bali memakan beragam jenis daun, seperti daun pepaya, pisang, daun mangga, sandat, benalu, jepun dan jempinis. "Jika semua sudah habis, ulat bulu akan makan daun apa saja," kata Suryawan.
Di Bali, hama ulat bulu telah menyebar di Kabupaten Buleleng, Gianyar, Karangasem, Tabanan, Klungkung, Jembrana serta Denpasar
sumber:detiknews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar