Namanya gendis.Dia punya banyak sekali kegelisahan tanpa ampun di lorong hatinya. Di sebelah tempat tidurnya, sebuah laci dengan banyak sekali perangko dan amplop surat putih. Lalu di atas tempat tidurnya ratusan kertas bertinta memanjang dari pojok ke pojok. Tintanya luntur, sedikit lembab kuduga karena air. Kertasnya mengepal kurasa karena sesuatu. Gendis yang memintamu semanis kebodohannya. Dia baru berumur 19, perempuan kecil yang masih sangat muda, yang sangat takut pada dirinya.
Tidakkah engkau masih berkenan menyapanya, yang kutahu dia mengagumimu dengan sangat.Yang kutahu, selalu ada perangko dan amplop kecil pada setiap suratnya, katanya, supaya engkau tanpa kerepotan menulis surat balasan. Terakhir yang kutahu, kotak suratnya masih saja kosong. Terakhir kulihat dia duduk di muka rumah, menunggu tukang pos datang, katanya. Dan selalu kuingat, hari itu sabtu, dan dia tak pernah beranjak hingga hari mulai menyenja.
gendingnarendra
21 juni 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar