__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com
Minggu, 13 April 2008
patahan jiwa
Jumat, 14 Maret 2008
Lagu Cengeng : Sebuah Strategi Pemasaran Yang Menakjubkan
Sampai hari ini banyak sekali pendatang baru dibidang musik, berbagai event pun diadakan, misalkan LA indifest, dengan slogan "Sampe mana musik loe didenger", Odol (Indonesia Idol), dll aja deh. Dan yang paling fenonemal banyaknya band baru yang muncul bukan lulusan dari kampus musik tersebut. Band amatir yang kemudian menjadi profesional. Sebut saja D'Masiv, Kata Band, Kangen Band, Kertas, dll aja lagi. Hampir sebagian besar pendatang baru dalam dunia persilatan musik diIndonesia tersebut mengusung tema lagu yang saya bilang lagu cengeng. Sebenarnya bukan pendapat original saya sendiri kok, tetapi saya mengiyakan dan mendukung pendapat tersebut.Kenapa ? saya lihat memang seperti itu kok, bukan berarti saya tidak memiliki pendapat yang ori, tetapi kebetulan sama saja. Mas, cengengnya dimana? Nah ini bagian yang penting, lihat saja lagunya (misal) Ada band dengan judul Haruskah ku mati karenamu, D'Masiv "Cinta Ini Membunuhku". Lihat saja temanya, hampir semuanya mendiskripsikan alur yang sama, ada seorang cowok yang mencintai dengan sangat, sampai apapun dikorbankan, hidupnya, masa depannya, gaya hidupnya, bahkan nyawanya, sampai istilahnya menjadi seorang pambantu (kasarnya budak) ceweknya mau asal bisa berdekatan dengan cewek tersebut, tidak memperdulikan kehidupan dunia ini,bahkan dirinya kecuali hanya sang cewe. Dan lagu jenis ini langsung laku keras, band baru dengan lagu-lagu jenis ini bisa lebih cepat mendapatkan tempat di masyarakat (baca:wanita). Bagaimana dengan band-band yang mengusung tema berkebalikan? misalkan saja Edane "Kau Pikir kamulah segalanya", sampai sekarang tidak ada gaungnya lagi, penjualannya sudah pasti merosot drastis. Beberapa lagu ada band yang berkebalikan juga tidak begitu banyak mendapatkan respon. Sumber informasinya tidak begitu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah (toh ini bukan karya ilmiah). Saya mendapatkannya dari stasiun radio. Tingkat permintaan lagu-lagu cengeng seperti ini membludak. Bagaimana bisa diketahui ? sebagai catatan, radio dikamar saya tidak pernah mati, 24 jam hidup. Saat ini juga aktif. Karena itu saya bisa mendengarkan lagu-lagu tersebut. Satu lagi, tanya kenapa ?
Pertanyaan berikutnya, apakah ada yang salah dengan lagu cengeng? salah tidak, hanya yang menjadi masalah adalah paradigma dari lagu tersebut. Saya percaya bahwa lagu, film, buku (bahkan tulisan ini, nggak tau juga) akan membuka paradigma baru tentang tema dari semua objek tersebut. Orang akan terbiasa dengan hal-hal macam itu, istilah mudahnya terpengaruh. Cowok yang mendengarnya juga akan menjadi lemah dihadapan cewek, sedang cewek yang mendengarnya akan ditinggikan sampai langit ke 7. Akibatnya, sombong mungkin iya, yang pasti lebih superior saja. Dan tahukah, sifat merasa lebih superior akan membuat hubungan dengan siapa saja menjadi tidak baik, termasuk dengan sang kekasih. Sekali lagi lagu, buku,film adalah paradigma baru, pandangan baru terhadap suatu masalah. Dan siapa saja bisa terkena pandangan baru.
Jadi dengan demikian, anda bisa menilai lagu-lagu tersebut, apakah salah atau tidak. Atmosfir persaingan lagu cengeng sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini, ketika ada band meluncurkan album (yang sangat disukai wanita, cowo ada, tetapi tidak sebanyak cewek) Heaven of Love. Yang isinya beragam lagu cengeng. Setelah itu mulai bermunculan band baru dengan lagu setema. Sekali lagi tanya kenapa? Mungkin tulisan ini tidak begitu menyenangkan perempuan, tapi tak apa. Nah dengan tulisan ini, seberapa cengeng lagi lagu yang akan muncul. Silahkan berdiskusi, saya tak kabur dulu :)
Minggu, 17 Februari 2008
puisi Refrensi
MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA
by : Taufik Ismail
I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.
IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
1998
Jumat, 15 Februari 2008
puisi paling
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers
Senin, 21 Januari 2008
Yang kutahu namanya gendis
Namanya gendis.Dia punya banyak sekali kegelisahan tanpa ampun di lorong hatinya. Di sebelah tempat tidurnya, sebuah laci dengan banyak sekali perangko dan amplop surat putih. Lalu di atas tempat tidurnya ratusan kertas bertinta memanjang dari pojok ke pojok. Tintanya luntur, sedikit lembab kuduga karena air. Kertasnya mengepal kurasa karena sesuatu. Gendis yang memintamu semanis kebodohannya. Dia baru berumur 19, perempuan kecil yang masih sangat muda, yang sangat takut pada dirinya.
Tidakkah engkau masih berkenan menyapanya, yang kutahu dia mengagumimu dengan sangat.Yang kutahu, selalu ada perangko dan amplop kecil pada setiap suratnya, katanya, supaya engkau tanpa kerepotan menulis surat balasan. Terakhir yang kutahu, kotak suratnya masih saja kosong. Terakhir kulihat dia duduk di muka rumah, menunggu tukang pos datang, katanya. Dan selalu kuingat, hari itu sabtu, dan dia tak pernah beranjak hingga hari mulai menyenja.
gendingnarendra
21 juni 2006
Namaku perempuan
Atas raga yang kugandrungi sedemikian rupa
sedekahkan padaku lebih laparku
lantaran jiwa hausku lebih kepada rindu
pada siapa harus kuhambakan diri ketika
ku tahu tak lagi cukup adam bagiku
- mungkin aku hawa yang gila yang berkelana
bukan untuk menyatu pada adam
181205
gendingnarendra
Berita Kepada Kekasih
Gemuruh rindu kian menggebu
Desah nafas kian kencang beradu
Jeritan tangis kian menggelegar
Saat mata tak bisa bertatap pandang
Saat hanya ada suara dalam telinga
Saat rindu mewakilkan kehadiran
Ragaku terapung dalam hening suara
Saat aku telusuri lekukan rindumu padaku
Yang terpancar dari keindahan bayangmu
Mengharu biru dalam takaran waktu
Sepenggal marah yang kau uraikan
Semakin membuatku sayang kepadamu
Secangkir emosi yang kau suguhkan
Mengajariku untuk memahami dirimu
Berita Kepada Kekasih
Ditulis oleh Jack Effendi
Monday, 14 January 2008
Gemuruh rindu kian menggebu
Desah nafas kian kencang beradu
Jeritan tangis kian menggelegar
Saat mata tak bisa bertatap pandang
Saat hanya ada suara dalam telinga
Saat rindu mewakilkan kehadiran
Ragaku terapung dalam hening suara
Saat aku telusuri lekukan rindumu padaku
Yang terpancar dari keindahan bayangmu
Mengharu biru dalam takaran waktu
Sepenggal marah yang kau uraikan
Semakin membuatku sayang kepadamu
Secangkir emosi yang kau suguhkan
Mengajariku untuk memahami dirimu
Mojokerto, 08 Januari 2008
Powered by ScribeFire.