Senin, 21 Januari 2008

Yang kutahu namanya gendis


Namanya gendis.Dia punya banyak sekali kegelisahan tanpa ampun di lorong hatinya. Di sebelah tempat tidurnya, sebuah laci dengan banyak sekali perangko dan amplop surat putih. Lalu di atas tempat tidurnya ratusan kertas bertinta memanjang dari pojok ke pojok. Tintanya luntur, sedikit lembab kuduga karena air. Kertasnya mengepal kurasa karena sesuatu. Gendis yang memintamu semanis kebodohannya. Dia baru berumur 19, perempuan kecil yang masih sangat muda, yang sangat takut pada dirinya.

Tidakkah engkau masih berkenan menyapanya, yang kutahu dia mengagumimu dengan sangat.Yang kutahu, selalu ada perangko dan amplop kecil pada setiap suratnya, katanya, supaya engkau tanpa kerepotan menulis surat balasan. Terakhir yang kutahu, kotak suratnya masih saja kosong. Terakhir kulihat dia duduk di muka rumah, menunggu tukang pos datang, katanya. Dan selalu kuingat, hari itu sabtu, dan dia tak pernah beranjak hingga hari mulai menyenja.

gendingnarendra
21 juni 2006

Namaku perempuan


Atas raga yang kugandrungi sedemikian rupa
sedekahkan padaku lebih laparku
lantaran jiwa hausku lebih kepada rindu
pada siapa harus kuhambakan diri ketika
ku tahu tak lagi cukup adam bagiku
- mungkin aku hawa yang gila yang berkelana
bukan untuk menyatu pada adam
181205
gendingnarendra

Berita Kepada Kekasih


Gemuruh rindu kian menggebu

Desah nafas kian kencang beradu

Jeritan tangis kian menggelegar

Saat mata tak bisa bertatap pandang

Saat hanya ada suara dalam telinga

Saat rindu mewakilkan kehadiran



Ragaku terapung dalam hening suara

Saat aku telusuri lekukan rindumu padaku

Yang terpancar dari keindahan bayangmu

Mengharu biru dalam takaran waktu

Sepenggal marah yang kau uraikan

Semakin membuatku sayang kepadamu

Secangkir emosi yang kau suguhkan

Mengajariku untuk memahami dirimu


Berita Kepada Kekasih


Ditulis oleh Jack Effendi






Monday, 14 January 2008
Gemuruh rindu kian menggebu

Desah nafas kian kencang beradu

Jeritan tangis kian menggelegar

Saat mata tak bisa bertatap pandang

Saat hanya ada suara dalam telinga

Saat rindu mewakilkan kehadiran



Ragaku terapung dalam hening suara

Saat aku telusuri lekukan rindumu padaku

Yang terpancar dari keindahan bayangmu

Mengharu biru dalam takaran waktu

Sepenggal marah yang kau uraikan

Semakin membuatku sayang kepadamu

Secangkir emosi yang kau suguhkan

Mengajariku untuk memahami dirimu

Mojokerto, 08 Januari 2008





Powered by ScribeFire.